Menulis

02.33 Posted In Edit This 0 Comments »
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.
Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda.
Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.

Belajar ?

01.57 Posted In Edit This 0 Comments »
Belajar adalah suatu aktifitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Definisi belajar :
  • Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja.
  • Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
  • Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.
  • Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
  • Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima - hadiah atau hukuman - sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.
  • perasaan bangga dalam diri karna dapat mengerti dan paham akan apa yang di pelajari.

Belajar untuk belajar

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui :
  • diri sendiri
  • kemampuan belajar anda
  • proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
  • minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan
Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.

Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.

Mulai dengan masa lalu
  Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda
  • senang membaca? memecahkan masalah? menghafalkan? bercerita? menterjemah? berpidato?
  • mengetahui cara menringkas?
  • tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
  • meninjau kembali?
  • punya akses ke informasi dari banyak sumber?
  • menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
  • memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?
Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?
Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?
Teruskanke masa sekarang
Berminatkah anda?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya?
Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?
Pertimbangkan
proses,

persoalan utama
Apa judulnya?
Apa kunci kata yang menyolok?
Apakah saya mengerti?
Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
Apakah saya berhenti dan meringkas?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?
Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan?
Buat
review

Apakah kerjaan saya benar?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?
Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?
 

Kesulitan Belajar

00.40 Posted In Edit This 0 Comments »

 

Kesulitan Belajar - Untuk memperjelas tentang kesulitan belajar dalam rencana penelitian ini, penulis akan memaparkan beberapa pengertian menurut pendapat para ahli sebagai berikut : Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.

Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi

Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Di samping kondisi umum itu, hal lain yang tidak kalah pentingnya diperhatikan adalah kondisi cacat tubuh yang merupakan salah satu penghambat dalam melakukan kegiatan belajar (Dalyono, 1997 : 232) menggolongkan cacat tubuh itu  menjadi 2 macam yaitu : Kesulitan Belajar
  1. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pandangan dan gangguan psikomotorik
  2. Cacat tubuh serius (tetap) buta, tuli, bisu, hilang ingatan dan kakinya.

Kesulitan yang dihadapi dalam belajar
Masalah belajar merupakan masalah yang sangat penting bagi siswa dan sangat dianjurkan bahkan menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia. Kesulitan yang dialami siswa memerlukan bantuan dari berbagai pihak terutama dari guru bimbingan dan penyuluhan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua, yaitu :

1.    Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisilogis dan faktor psikologis.
a.    Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.
b.    Faktor Psikologis
Adapun yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan (Slameto, 1999 : 55)
  • Perhatian - Menurut al-Ghazali (2001) dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal (objek) atau sekumpulan obyek.
  •  Bakat - Menurut Hilgard dalam Slameto (2003) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
  •  Minat - Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi.
  •  Motivasi - Menurut Slameto (2003) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. 

Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
2.    Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu : Kesulitan Belajar
  • Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
  • Sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
  • Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :  Kesulitan Belajar
  1. Pengumpulan data - Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut pengumpulan data.
  2. Pengolahan data - Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.
  3. Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. 
  4. Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
  5. Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
  6. Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo, 2000: 96) Kesulitan Belajar
        Pengertian lain kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang gejala atau tanda-tanda kesulitan belajar.
Tanda dari kesulitan belajar sangat bervariasi, tergantung dari usia pada saat itu. Sensitifitas atau kepekaan orang tua dan guru seringkali sangat membantu dalam deteksi dini.
Orang tua atau guru yang melihat adanya kesenjangan yang konsisten antara kemampuan akademik anak dengan kemampuan rata-rata teman sekelasnya atau prestasi anak yang tidak kunjung meningkat walaupun pelajaran tambahan sudah diberikan, haruslah mulai berfikir apa yang sebenarnya terjadi dalam diri sang anak.

Apalagi jika disertai oleh beberapa Macam-macam Kesulitan Belajar Siswa di bawah ini :

  1. Keterlambatan berbicara jika dibandingkan anak seusianya
  2. Adanya kesulitan dalam pengucapan kata
  3. kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim
  4. Seringkali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat.
  5. Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari dalam seminggu
  6. Mengalami kesulitan dalam menghubung-hubungkan kata dalam suatu kalimat
  7. Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya
  8. Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya
  9. Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau rutinitas tertentu
  10. Selalu menghindari permainan `puzzles’
  11. Menghindari pelajaran menggambar atau prakarya tertentu seperti menggun-ting
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.(Abin syamsudin, 2003).


Orang tua sering bingung dan pusing menghadapi anak yang kesulitan untuk belajar. Bahkan ada orang tua stress menghadapi anak yang demikian apalagi melihat anak-anak tetangganya yang telah jauh lebih maju karena rajin dan cepat menyesuaikan diri dalam proses belajar mereka. Kebingungan dan kepanikan orang tuan ini tidak jarang diakhiri dengan membentak anak, memarahi, bahkan memukul anak tersebut.

Seharusnya hal seperti ini tidak akan terjadi kalau orang tua bisa mengerti sedikit anaknya dan memahami sifat-sifat anaknya. Tanamkanlah metode belajar yang sesuai umur untuk anak. misalkan anak yang berusia 4-8 tahun, seperti yang kita ketahui untuk anak yang berumur seperti ini dunia nya adalah dunia bermain, maka kalau kita memaksa anak untuk belajar secara serius maka hasilnya tidak akan bagus, jadi carilah metode belajar yang bisa membuat anak senang. Misalkan belajar sambil bernyanyi ataupun belajar sambil bermain. Maka anak tidak akan merasa bosan karena anak tersebut masih bisa belajar sambil bermain.

Ada beberapa hal yang membuat anak kesulitan dalam belajar

a. Kemampuan intelektual anak ada yang cepat dan ada yang lambat.
b. Kesehatan fisik anak, kalau anaknya lemah sering sakit dia juga akan mengalami kesulitan-kesulitan di dalam belajar.
c. Strategi belajar dan kebiasaan belajar, kebiasaan yang salah itu akan mempengaruhi hasilnya yang tidak memuaskan.
d. Masalah lingkungan belajar, kalau lingkungannya tidak menyenangkan, maka anak juga akan terganggu belajar.
e. Rasa tanggung jawab anak di dalam belajar.

Bisa juga Kebiasaan belajar yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar di antaranya adalah :

1. Anak diharuskan mempelajari sekaligus bahan pelajaran yang begitu banyak dalam waktu yang sangat panjang.
2. Anak bermain playstasion dan menonton televisi sebelum belajar, sementara main dan nonton itu menyerap semangat kita cukup banyak sehingga melelahkan. Jadi waktu anak belajar dia sudah lelah dan kehilangan minat.
3. Anak yang tidak pernah merapikan bukunya dan menghabiskan waktu hanya untuk mencari bahan pelajaran sekolahnya.
4. Anak yang sebenatar-sebentar mencari makanan ketika belajar.
Lingkungan belajar yang mengganggu anak belajar adalah:
1. Suasana rumah yang semrawut dan tidak rapi.
2. Rumah yang dipenuhi oleh kebisingan suara musik, motor, dan lain-lain.
3. Pertengkaran orang tua, orang tua tidak harmonis ini banyak sekali membuat prestasi anak merosot dsb.
4. Tetangga yang suka datang atau menelepon dan mengajak anak kita bermain.
5. Kakak atau adik yang suka mengganggu.

Ada beberapa Tips untuk mengatasi anak yang kesulitan dalam belajar yaitu dengan cara :

1. Tanamkan kesadaran kepada anak bahwa belajar adalah suatu kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pelajar yang hasilnya akan diraih dimasa mendatang.
2. Berikan contoh kepada sang anak. Orang tua dapat turut membaca buku-buku yang bermanfaat saat anak sedang belajar.
3. Orang tua sebaiknya juga menanamkan budaya membaca di lingkungan keluarga.
4. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Buat ruang belajar yang menarik, rapi dan tidak membuat anak malas di dalam ruang belajar.
5. Berikan motivasi kepada anak untuk belajar dengan cara yang baik, adakan pendekatan sambil menyelami hati anak dengan menjadikan anak sebagai sahabat. Jangan menyuruh anak belajar dengan memaksakan anak, apalagi dengan cara yang kasar.
6. Berikan insentif kepada anak, baik berupa hadiah kesukaan mereka atau sekedar pujian jika nilai anak bagus. Hal ini akan membantu memotivasi anak.
7. Sebaiknya orang tua lebih terbuka dengan anak dengan menanyakan permasalahan yang dia hadapi, kenapa malas belajar, apa yang dapat membuat ia semangat untuk belajar dan sebagainya. Bantu anak untuk mengatasi permasalahan tersebut.
8. Pilih waktu yang paling tepat untuk anak belajar. Hendaknya orang tua juga turut membantu anak dengan tidak menonton televisi, atau tidak mendengarkan musik keras-keras.
9. Jadikan waktu belajar ini menjadi kebiasaan rutin sehari-hari, dan sebaiknya orang tua juga menemani dan membantu jika anak mengalami kesulitan saat belajar.
10. Selain waktu belajar yang rutin, sediakan juga waktu yang cukup untuk bermain, menonton dan berinteraksi dengan teman-temannya.
11. bagi anak yang masih berusia 5-8 tahun ajaklah anak belajar sambil bermain, bernyanyi, atau apapun hal yang membuat anak tidak bosan untuk belajar

2.1. Pengertian Kesulitan Belajar
      Dikatakan kesulitan belajar apabila siswa menunjukkan kegagalan tertentu  dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
      Kegagalan-kegagalan itu antara lain :
1.      Lower Group. Dalam batas waktu tertentu siswa tidak mencapai tingkat keberhasilan minimal dalam mata pelajaran tertentu
Misalnya : seorang anak memperoleh nilai 50. Padahal Angka 60 adalah anka minimal untuk ketuntasan mata pelajaran.
2.      Under Achurevers. Siswa tidak mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya
Misalnya : hasil yang diperolah saat  di test IQ  tidak sesuai dengan kenyataannya.
3.      Slow Learners. Siswa tidak mewujudkan tugas-tugas penyesuaian sosial.
      4.   Siswa tidak berhasil menguasai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prayarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.
      Contohnya: Pada pelajaran Bahasa Indonesia seorang anak tidak bisa membaca. Maka ia tidak bisa menjawab soal bacaan teks. Untuk itu siswa ini harus mengulang sampai dapat membaca agar ia dapat melanjut ke menjawab soal dari bacaan teks.
2.2. Cara mengidentifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
1.      Membandingkan posisi atau kedudukan siswa dalam kelompoknya
2.      Pada setiap bidang studi, Guru dapat mengadakan pencatatan waktu yang efektif digunakan oleh siswanya dalam memecahkan soal atau mengerjakan tugas tertentu.
3.      Penggunaan catatan kehadiran atau ketidakhadiran.
     4. Penggunaan catatan atau bagan partisipasi untuk dapat mengetahui siswa mana yang aktif kontributif atau pasif  saja.
5.  Penggunaan catatan sosiometri yang digunakan untuk mengetahui siswa mana yang paling disegani dan yang manapula yang terisolasi
      6. Test IQ
Jika Siswa memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dari hasil yang dimilikinya maka siswa tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar.
2.3.Faktor – factor yang Menimbulkan Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar tampak dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) seperti kesukaanya berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari rumah.
      Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar ada dua macam, yakni:
1.      Faktor Internal, Yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.
      2. Faktor Eksternal, Yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari luar diri siswa.
1.  Faktor-Faktor Internal Siswa
-          Gangguan fisik
Seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indra, cacat tubuh serta penyakit menahun seperti alergi, asma, jantung dsb
-          Kelemahan mental
Kurangnya kemampuan (taraf kecerdasannya kurang, kurang minat, kebimbangan, kurang menguasai keterampilan dan kebiasaan fundamental belajar.
-          Kelemahan emosional
Merasa takut, benci antipati serta ketidakmatangan emosional.
-          Kebiasaan sikap yang salah
Kurang perhatian dan minat terhadap pekerjaan sekolah, malas belajar, menghindari tanggung jawab, sering bolos, atau tidak mengikuti pelajaran.
2.  Faktor-Faktor Eksternal Siswa
-          Lingkungan keluarga contohnya ketidakharmonisan hubungan ayah dan ibu, dan rendahnya ekonomi keluarga
-          Lingkungan masyarakat contohnya wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal
-     Lingkungan sekolah contohnya kondisi letak gedung yang dekat pasar,kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah
Ada juga faktor-faktor lain yang bersifat khusus yang dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.Contohnya:
1.      Disleksia, yakni ketidakmampuan belajar membaca
2.      Disgrafia, yakni ketidakmampuan belajar menulis
3.      Diskalkulia, ketidakmampuan belajar matematika

Hal diatas biasanya disebabkan oleh gangguan ringan pada otak yang dialami siswa bermampuan normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata.
2.4. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Melakukan identifikasi atau diagnosis  yang bertujuan untuk menetapkan ‘’jenis penyakit’’ yakni kesulitan belajar siswa
            Langkah-Langkah diagnosis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
-     melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
-          Memerikasa pendengaran dan pengelihatan siswa
-          Mewawancarai orang tua untuk mengetahu latar belakang keluarga
-          Melakukan test IQ
2.5. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar
  • Menganalisia hasil diagnosis agar kesulitan  khusus yang dialami siswa berprestasi rendah diketahui secara pasti.Contoh :Aisyah mengalami kesulitan khusus memahami konsep polisemi.Polisemi adalah kata yang memiliki dua makna atau lebih.
-   Menentukan kecakapan Bidang Bermasalah
            Mencakup masalah yang dapat ditangani guru sendiri
            Mencakup masalah yang dapat ditangani guru dan orang tua
            Dan masalah yang tidak dapat ditangani guru maupun orang tua
            Bidang kecakapan yang tidakdapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua  dapat bersumber dari kasus-kasus tuna grahita dan kecanduan narkoba. Mereka termasuk dalam lingkup dua macam kasus ini perlu pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
·         Menyusun program perbaikan
Dalam hal menyusun program perbaikan (remedial teacing), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :
-          Tujuan pengajaran remedial
-          Materi pengajaran remedial
-          Metode pengajaran remedial
-          Alokasi pengajaran remedial
-          Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial